Nah, saya mengingatkan perangkat ajar ini sangat urgen untuk dipahami oleh guru-guru. Karena guru-guru dalam memberikan proses pelajaran di Kurikulum Merdeka ini harus berdasarkan perangkat ajar yang mereka buat. Sekarang konsepsi perangkat ajar itu masih membingungkan guru, bahkan kami sebagai nara sumber. Ini mohon diharmonisasikan," sambungnya.
Integrasi teknologi dalam pembelajaran – dari aplikasi kelas daring hingga platform edukasi – semakin menjadi keniscayaan bagi guru di Indonesia, terlebih setelah melewati pandemi yang mengharuskan mereka menjalankan online learning. Jika penggunaannya tepat, teknologi pembelajaran bisa membantu meningkatkan kualitas dan pemerataan pendidikan di Indonesia. Bahkan, Kementerian Pendidikan Kemdikbudristek kini intens mengembangkan dan mempromosikan beragam platform – termasuk platform Merdeka Mengajar’ – sebagai upaya mempercepat adopsi teknologi pembelajaran. Tapi, kajian UNICEF yang terbit tahun lalu menunjukkan banyak guru di Indonesia masih belum mampu menggunakan teknologi pembelajaran dengan maksimal meski sudah menjalani online learning selama 2 tahun. Read more Memadukan kelas _online_ dan _offline_ selama pandemi berhasil di Eropa. Mengapa di Indonesia tidak mudah? Bahkan, guru yang berhasil menjalankan kelas via aplikasi konferensi daring seperti Zoom, kerap bertahan dengan metode lama, mulai dari mengajar dengan ceramah satu arah hingga kembali terbatas pada buku teks fisik. Ini membuat murid gagal nyambung dengan pembelajaran. Apa saja hambatan yang dihadapi guru dan bagaimana kita bisa memberdayakan mereka untuk bisa menggunakan teknologi pembelajaran dengan efektif? Hambatan guru dalam memakai teknologi pembelajaran Salah satu kendala utama pemakaian teknologi pembelajaran tentu saja adalah infrastruktur dan penetrasi internet serta kebiasaan penggunaan teknologi digital yang belum merata di Indonesia. Berbagai riset, kajian, dan survei telah mendokumentasikan masalah ini dengan baik. Tetapi, bagaimana dengan kompetensi digital guru itu sendiri? Beberapa peneliti menawarkan perspektif menarik. Peggy Ertmer, profesor desain dan teknologi pembelajaran dari Purdue University, Amerika Serikat AS, mengatakan bahwa persepsi guru terhadap teknologi sangat mempengaruhi cara mereka memakai teknologi pembelajaran. Banyak guru cenderung memiliki persepsi 'deterministik’ yang melihat teknologi sebagai resep mujarab one-stop solution untuk semua masalah pendidikan. Persepsi deterministik dapat membuat guru cenderung memandang penggunaan teknologi pendidikan sebagai tujuan akhir, tanpa berfokus pada luaran dan evaluasi dari penggunaan teknologi itu sendiri. Di sisi lain, riset juga menunjukkan banyak guru di Indonesia masih menerapkan pembelajaran yang terpusat pada mereka. Kombinasi ini membuat banyak di antara pengajar memakai teknologi sekadar sebagai kosmetik’ – seperti memakai presentasi Powerpoint untuk menggantikan kertas – tanpa adanya pembaharuan dalam cara mengajar untuk lebih terpusat pada siswa. Selain itu, profesor pendidikan di Singapura, Chin-Chung Tsai dan Ching Sing Chai berargumen bahwa lemahnya design thinking kompetensi mendesain pembelajaran di antara guru juga menjadi kendala. Kompetensi ini penting bagi guru untuk merancang pembelajaran yang sesuai dengan konteks dan kebutuhan siswa. Read more Bagaimana membuat kuliah tidak membosankan jawabannya bukan teknologi, tapi memahami cara mengajar yang baik Misalnya, dalam kelas bahasa Inggris, jika seorang murid mengalami keterbatasan karena kurang percaya diri dalam berbicara, guru bisa mendesain pembelajaran yang melibatkan aplikasi simulasi percakapan untuk membantu sang murid – meskipun hal seperti ini tak melulu termuat dalam panduan kurikulum. Sayangnya, kemampuan menghadirkan inovasi desain pembelajaran seperti ini masih cenderung lemah di kalangan guru Indonesia. Artinya, meskipun ada fasilitas dan kemauan untuk mengintegrasikan teknologi, penggunaannya tidak akan efektif tanpa keahlian pedagogi pengajaran maupun kompetensi dalam mendesain pembelajaran melalui media digital. Tiga langkah dukung guru kuasai teknologi pembelajaran Ekonom sosial dari London School of Economics LSE, Naila Kabeer, menjelaskan bahwa penyediaan sumber daya yang memadai adalah fondasi dari pemberdayaan agensi dan pencapaian manusia. Sumber daya seperti apa yang kita perlu sediakan untuk pemberdayaan kompetensi digital guru? Pertama, pemerintah dan institusi pendidikan perlu mendukung guru dengan sumber daya rujukan referential resources yang komprehensif, dari pedoman kurikulum hingga panduan evaluasi pembelajaran memakai teknologi. Kajian dari UNICEF sebelumnya menemukan bahwa inisiatif dan kebijakan dari pemerintah selama ini masih fokus pada peningkatan kompetensi digital murid dan belum banyak membekali guru. Dalam aspek evaluasi capaian murid, misalnya, meski dalam Panduan Pembelajaran dan Asesmen PPA dari pemerintah sudah memuat prinsip-prinsip asesmen pembelajaran, belum ada penjelasan yang menyeluruh bagaimana peran teknologi digital memediasi proses ini. Teknologi digital bisa saja mempermudah evaluasi capian murid karena memberikan hasil kilat hanya dalam hitungan detik, contohnya dengan instrumen Automated Writing Evaluation AWE yang menggunakan teknologi pemrosesan bahasa untuk mengevaluasi tulisan siswa. Tapi, riset juga menunjukkan bahwa kerap terjadi inkonsistensi antara hasil AWE dengan penilaian manusia. Ilustrasi ini menunjukan bahwa guru perlu panduan yang tepat, baik itu bagaimana menggunakan teknologi sebagai alat bantu dalam proses asesmen maupun proses lainnya. Kedua, guru juga perlu dukungan sumber daya pengetahuan knowledge resources. Beda dengan sumber daya rujukan yang berhubungan dengan pedoman tertulis, sumber daya pengetahuan berkaitan dengan pelatihan dan wawasan bagi guru untuk meningkatkan kompetensi pengajaran dengan teknologi. Hal ini bisa berbentuk pelatihan berkelanjutan melalui komunitas profesi guru, seperti Musyawarah Guru Mata Pelajaran MGMP. Merujuk pada gagasan design thinking sebelumnya, guru perlu pelatihan rutin terkait pemanfaatan teknologi yang tak hanya memuat teknik-teknik kaku, tapi juga bagaimana menggunakannya untuk mendesain pembelajaran yang menyasar kebutuhan siswa student-centered learning secara kreatif. Pemerintah sebenarnya telah memulai ini dengan menjadikan pembelajaran berbasis TPACK Technological Pedagogical Content Knowledge sebagai salah satu capaian pembelajaran dalam program Pendidikan Profesi Guru PPG. TPACK adalah pendekatan yang melihat bahwa penggunaan teknologi yang efektif wajib memuat irisan antara konten, teknik mengajar, dan kompetensi design thinking guru. Kampus keguruan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan atau LPTK di Indonesia perlu terus mengembangkan ini dalam mempersiapkan guru-guru masa depan agar merancang pembelajaran yang efektif. Selain itu, pelatihan bagi guru untuk senantiasa memahami konteks contextual knowledge juga penting agar mereka empatik dan memahami kondisi siswa. Contohnya, bagi guru yang mengajar di daerah minim akses internet, pengiriman rekaman suara voice note pembelajaran disertai presentasi Powerpoint melalui aplikasi pesan bisa jadi lebih efektif ketimbang materi video di Youtube yang butuh jaringan internet lebih kuat. Ketiga, guru perlu dukungan berupa sumber daya finansial financial resources agar bisa membekali diri untuk berinovasi. Di lingkup universitas, bantuan paket data dari Kemdikbudristek saat pandemi cukup meringankan dosen dan mahasiswa dalam melakukan pembelajaran daring. Subsidi perangkat digital yang difasilitasi insititusi atau pemerintah juga bisa menjadi daya bagi guru untuk menyiapkan pembelajaran yang inovatif. Tak hanya terbatas pada subsidi perangkat eletronik atau akses internet, dana berupa dukungan hibah pun bisa pemerintah mendukung program inovatif seperti implementasi design thinking dalam kelas atau kegiatan guru-melatih-guru. Sumber daya finansial ini tak hanya penting agar guru bisa mengakses dan menerapkan teknologi pembelajaran dengan baik, tapi juga menjamin kesejahteraan mereka sekaligus menarik dan mempertahankan tenaga pendidik yang punya bekal kompetensi digital yang baik. Di Indonesia, data Badan Pusat Statistik BPS menunjukkan bahwa rata-rata upah pegawai di sektor pendidikan terendah dibandingkan sektor lain – termasuk sektor konstruksi, reparasi mobil, hingga pengelolaan air dan limbah. Padahal, kajian dari UNESCO melaporkan adanya korelasi antara kapasitas finansial guru dan murid dengan partisipasi mereka dalam online learning. Tiga sumber daya yang saling beririsan tersebut – berupa referential, knowledge, dan financial – harapannya bisa menggerakkan guru untuk meningkatkan kapasitas digital maupun kompetensi desain pembelajaran berbasis teknologi agar bisa meraup manfaat sebesar-besarnya bagi pengajar maupun murid di era pembelajaran digital.
Retnomenduga guru banyak yang gagal paham dengan maksud dari home learning. Padahal, maksud belajar dari rumah sesungguhnya adalah memberikan aktivitas belajar rutin pada para siswa agar tetap terbiasa belajar dan menjaga keteraturan. Tetapi rumpun mata pelajaran bersepakatan menentukan hari pemberian tugas agar para siswa tidak kewalahan
Pandemi Covid-19 menjadi salah satu katalis hebat yang memacu transformasi dalam dunia pendidikan. Hal ini mendorong pentingnya pemahaman literasi digital guru dalam menyikapi transformasi pendidikan selama pandemi Covid-19. Sebagian besar guru, memiliki kemampuan digital yang tidak berbanding lurus dengan perkembangan teknologi digital yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran. Kondisi ini menunjukkan bahwa kemampuan digital yang dimiliki guru masih belum memuaskan, untuk itu diperlukan pemahaman guru tentang literasi digital. Berkaitan dengan hal tersebut maka tujuan Pengabdian kepada Masyarakat ini adalah untuk memberikan informasi dan meningkatkan pengetahuan guru terhadap literasi digital selama pembelajaran pada masa pandemi Covid-19. Target sasaran Pengabdian kepada Masyarakat adalah guru-guru berasal dari Pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Kegiatan yang dilakukan adalah memberikan edukasi mengenai pentingnya literasi digital dalam menyikapi transformasi pendidikan pada saat pandemi Covid-19 secara daring. Tahapan kegiatan ini terdiri dari 1 tahap perencanaan; 2 tahap persiapan, 3 tahap pelaksanaan, dan 4 tahap evaluasi. Sebelum dan sesudah kegiatan, tim Pengabdian kepada Masyarakat memberikan angket literasi digital. Hasil kegiatan PkM menunjukkan adanya peningkatan pemahaman literasi digital yang cukup signifikan yaitu sebesar 21,3%. Dengan kata lain, terdapat peningkatan pemahaman literasi digital guru terhadap permasalahan yang timbul akibat transformasi digital - uploaded by Krida Singgih KuncoroAuthor contentAll figure content in this area was uploaded by Krida Singgih KuncoroContent may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Diterbitkan oleh Universitas Wiralodra 17 ABDI WIRALODRA JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ISSN 2656-5501 Print ISSN 2714-8041 Online Volume 4 Nomor 1, Maret 2022, Halaman 17 – 34. Peningkatan Literasi Digital Guru Guna Mengatasi Permasalahan Pembelajaran di Era Pandemi Covid-19 Krida Singgih Kuncoro1, Sukiyanto2, Muhammad Irfan3, Ayu Fitri Amalia4, Widowati Pusporini5, Astuti Wijayanti6, Sri Adi Widodo7* 1,2,3,7Pendidikan Matematika, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa 4Pendidikan Fisika, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa 5Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa 6Pendidikan Ilmu Pendidikan Alam, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Email ayufitriamalia sriadi Abstrak Pandemi Covid-19 menjadi salah satu katalis hebat yang memacu transformasi dalam dunia pendidikan. Hal ini mendorong pentingnya pemahaman literasi digital guru dalam menyikapi transformasi pendidikan selama pandemi Covid-19. Sebagian besar guru, memiliki kemampuan digital yang tidak berbanding lurus dengan perkembangan teknologi digital yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran. Kondisi ini menunjukkan bahwa kemampuan digital yang dimiliki guru masih belum memuaskan, untuk itu diperlukan pemahaman guru tentang literasi digital. Berkaitan dengan hal tersebut maka tujuan Pengabdian kepada Masyarakat ini adalah untuk memberikan informasi dan meningkatkan pengetahuan guru terhadap literasi digital selama pembelajaran pada masa pandemi Covid-19. Target sasaran Pengabdian kepada Masyarakat adalah guru-guru berasal dari Pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Kegiatan yang dilakukan adalah memberikan edukasi mengenai pentingnya literasi digital dalam menyikapi transformasi pendidikan pada saat pandemi Covid-19 secara daring. Tahapan kegiatan ini terdiri dari 1 tahap perencanaan; 2 tahap persiapan, 3 tahap pelaksanaan, dan 4 tahap evaluasi. Sebelum dan sesudah kegiatan, tim Pengabdian kepada Masyarakat memberikan angket literasi digital. Hasil kegiatan PkM menunjukkan adanya peningkatan pemahaman literasi digital yang cukup signifikan yaitu sebesar 21,3%. Dengan kata lain, terdapat peningkatan pemahaman literasi digital guru terhadap permasalahan yang timbul akibat transformasi digital pendidikan. Kata Kunci Peningkatan, Pemahaman, Transformasi Pendidikan, Literasi Digital. Abstract The Covid-19 pandemic is one of the great catalysts that spur transformation in education. This encourages the importance of understanding digital teacher literacy in responding to educational transformation during the Covid-19 pandemic. Most teachers have digital skills that are not directly proportional to the development of digital technology that can be used for learning. This condition shows that the digital skills possessed by teachers are still not satisfactory, for that it is necessary for teachers to understand digital literacy. In this regard, the purpose of community service to provide 18 Diterbitkan oleh Universitas Wiralodra ABDI WIRALODRA JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ISSN 2656-5501 Print ISSN 2714-8041 Online information and increase knowledge of digital literacy during learning during the Covid-19 pandemic. The community service targets are teachers from Sumatra, Java, Kalimantan, and Sulawesi. The activity was online using Zoom to educate about the importance of digital literacy in responding to education during the Covid-19 pandemic. The stages of this activity consist of 1 the planning stage, 2 the preparation stage, 3 the implementation stage, and 4 the evaluation stage. Before the activity, the community service team provided a digital literacy questionnaire. The results of the community service activity showed a significant increase in understanding of digital literacy, which was In other words, there is an increasing understanding of digital teacher literacy on the problems that arise as a result of the transformation of digital education. Keywords Improving, Understanding, Transforming Education, Digital Literacy. DOI A. Pendahuluan Pandemi Corona Virus Disease Covid-19 yang terjadi mulai awal tahun 2020 memberikan dampak signifikan pada segala aspek kehidupan, termasuk dunia pendidikan Arigiyati, Kusumaningrum, et al., 2021; Fitri, 2021; Kurniawan, 2021; Kusumaningrum et al., 2020. Sebagai upaya mencegah penyebaran Covid-19 di Indonesia, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan kebijakan terkait pembelajaran di masa pandemi melalui Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 36962/ tentang belajar online dan bekerja dari rumah Kemdikbud, 2020. Kebijakan ini menciptakan pola baru dalam proses pembelajaran yaitu pembelajaran jarak jauh yang dilakukan secara daring atau online learning Istiqomah et al., 2021; Wijayanti et al., 2021; Yunita & Elihami, 2021. Pandemi Covid-19 menjadi salah satu katalis hebat yang memacu transformasi dalam dunia pendidikan Zainuddin, 2021. Guru sebagai salah satu ujung tombak dalam proses pembelajaran harus cepat beradaptasi mengikuti perubahan pola pembelajaran yang sebelumnya dilakukan secara konvensional tatap muka menjadi pendidikan jarak jauh yang dilakukan secara daring Hasanah, 2021. Pembelajaran daring dalam jaringan merupakan pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara guru dan siswa yang dilakukan menggunakan jaringan internet online Gani et al., 2021; Irfan et al., 2020. Penerapan pembelajaran daring tidak serta merta dapat berjalan lancar, tetap ada permasalahan yang muncul. Permasalahan tersebut salah satunya adalah baik guru maupun siswa harus mampu menyesuaikan penggunaan teknologi Diterbitkan oleh Universitas Wiralodra 19 ABDI WIRALODRA JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ISSN 2656-5501 Print ISSN 2714-8041 Online dalam proses pembelajaran agar proses pembelajaran dapat berjalan kondusif dan tujuan pembelajaran tercapai Juliya & Herlambang, 2021; Verawati et al., 2022. Respons yang mendominasi adalah kendala yang dihadapi guru dan siswa terkait penguasaan teknologi dan kondisi yang berbeda di setiap daerah Muiz & Sumarni, 2020. Meskipun teknologi digital berkembang pesat dan mendukung proses pembelajaran online yang dilakukan oleh para guru, namun masih membutuhkan waktu untuk beradaptasi. Beberapa studi mengungkapkan bahwa kompetensi informasi, komunikasi, dan teknologi guru di Indonesia belum merata di semua bidang Abdul Latip, 2020; Adisel & Prananosa, 2020; Batubara, 2018; Surahman et al., 2020. Selain itu, masih terdapat kesenjangan infrastruktur dan kualitas pendidikan di berbagai wilayah di Indonesia Rahman et al., 2020. Kondisi ini sejalan yang dialami oleh Guru mitra yang menyatakan bahwa, keberadaan teknologi yang berkembang sangat pesat tidak berbanding lurus dengan kemampuan guru untuk memanfaatkan teknologi digital untuk pembelajaran. Bahkan kemampuan digital yang dimiliki oleh guru masih kalah jauh dengan kemampuan digital yang dimiliki oleh siswa. hal ini dapat dilihat dari kemampuan siswa untuk memanfaatkan sosial media seperti Instagram dan Facebook untuk mencari informasi tentang materi pelajaran. Keadaan saat ini merupakan cerminan dan menggarisbawahi bahwa peran guru merupakan peran yang tidak mudah diubah terutama untuk menanamkan pengetahuan akademik dan membangun karakter siswa. Namun, guru sebagai subjek kegiatan belajar mengajar tetap dituntut menguasai teknologi informasi dan komunikasi terutama demi kepentingan kelancaran proses pembelajaran secara daring Prajana & Astuti, 2020; Wahyu et al., 2021. Menyikapi kondisi tersebut perlu dibarengi dengan peningkatan kompetensi guru, khususnya pengembangan keterampilan literasi digital. Peningkatan kompetensi guru yang dikembangkan melalui pelatihan-pelatihan terkait kreativitas dalam mengelola pembelajaran di kelas di masa pandemi Rerendo et al., 2021. Kreativitas guru dalam mengelola pembelajaran adalah salah satu kunci keberhasilan pendidikan Andhika, 2020; Budio & Fadlan, 2020. Selama pandemi Covid-19, keterampilan dan kreativitas guru yang tinggi akan menumbuhkan motivasi dan meningkatkan hasil belajar yang tinggi bagi 20 Diterbitkan oleh Universitas Wiralodra ABDI WIRALODRA JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ISSN 2656-5501 Print ISSN 2714-8041 Online siswa. Hal ini berarti bahwa penguasaan kompetensi, keterampilan, dan kreativitas yang dikuasai guru berjalan beriringan dengan motivasi siswa. Setelah menguasai kompetensi dan memiliki keterampilan, tugas guru adalah menciptakan suasana belajar mengajar yang mudah dipahami dan tidak membosankan Jaya et al., 2021. Dengan demikian, meskipun sistem pembelajaran jauh, esensi proses pembelajaran yang kondusif dan efektif tidak hilang, juga tujuan pembelajaran akan tercapai. Berdasarkan uraian di atas, diperlukan adaptasi di masa pandemi khususnya pada pembelajaran daring yaitu dengan pemahaman lebih terkait literasi digital. Literasi digital sendiri dapat didefinisikan sebagai kemampuan mengoperasikan teknologi informasi dan komunikasi TIK, menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat, dan mentransmisikan konten/informasi, baik dengan kemampuan kognitif maupun teknis Aulia et al., 2021. Dengan demikian, seorang guru yang memiliki pemahaman lebih mengenai literasi digital juga akan memiliki kompetensi, keterampilan, dan kreativitas yang dapat mengatasi permasalahan pembelajaran di era pandemi Covid-19. B. Metode Pelaksanaan Pengabdian kepada Masyarakat ini dilaksanakan sebagai upaya peningkatan pemahaman guru pada literasi digital guna meningkatkan kompetensi, keterampilan, dan kreativitas yang dapat mengatasi permasalahan pembelajaran di era pandemi COVID-19. Kegiatan ini dilaksanakan secara daring berlangsung pada hari Sabtu, 15 Januari 2022 pukul WIB dan 22 Januari 2022 dengan tema “Peningkatan Literasi Guru Guna Mengatasi Permasalahan Pembelajaran di Era Pandemi Covid-19”. Kegiatan PkM dilaksanakan oleh 7 dosen Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa serta dibantu oleh mahasiswa. Kegiatan PkM dilaksanakan menggunakan Zoom Meeting dan diikuti oleh 43 guru pada jenjang sekolah dasar dan menengah yang berasal dari Pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Tahapan PkM terdiri empat tahap, yaitu 1 tahap perencanaan, 2 tahap persiapan, 3 tahap pelaksanaan, dan 4 tahap evaluasi. Pada tahap pelaksanaan Diterbitkan oleh Universitas Wiralodra 21 ABDI WIRALODRA JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ISSN 2656-5501 Print ISSN 2714-8041 Online menggunakan metode sosialisasi dan diskusi interaktif antar guru melalui Zoom Meeting. Penjelasan dari setiap langkah yang dilakukan disajikan pada Gambar 1. Gambar 1. Tahapan Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat Berdasarkan permasalahan yang ditemukan di lapangan, tim PkM merumuskan solusi atas permasalahan tersebut dan segera mengupayakan adanya pemahaman literasi digital guru guna mengatasi permasalahan pembelajaran pada saat Pandemi Covid-19 minimal sebesar 20% indikator keberhasilan. Adapun permasalahan, solusi yang ditawarkan, dan output yang dihasilkan selama kegiatan ini dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Gambaran Permasalahan, Solusi, dan Hasil PkM Kegiatan PkM ini berangkat dari permasalahan bahwa transformasi digital pendidikan sangat cepat dengan katalis Covid-19 memerlukan adaptasi guru dalam menggunakan teknologi digital selama proses pembelajaran. Solusi yang ditawarkan melalui kegiatan PkM ini berupa sosialisasi literasi digital pada guru, memberikan pemahaman pentingnya literasi digital, serta pengetahuan dan penguatan penerapan literasi digital pada pembelajaran. Dampak yang diharapkan 22 Diterbitkan oleh Universitas Wiralodra ABDI WIRALODRA JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ISSN 2656-5501 Print ISSN 2714-8041 Online dari kegiatan PkM ini adalah adanya peningkatan pemahaman literasi digital guru terhadap permasalahan yang timbul akibat transformasi digital yang sangat cepat. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam kegiatan PkM ini adalah metode survei Sugiyono, 2014. Metode survei yang dilakukan bertujuan untuk memberikan gambaran secara detail bagaimana literasi digital guru dalam mengatasi permasalahan pembelajaran pada saat Pandemi Covid-19. Angket yang digunakan adalah angket literasi digital. Adapun metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif untuk mengetahui adanya peningkatan literasi digital guru. C. Hasil dan Pembahasan Perubahan pola zaman dengan katalis Covid-19 membuat pendidikan harus beradaptasi dan bertransformasi. Proses transformasi dalam dunia pendidikan selama pandemi Covid-19 salah satunya adalah pada digitalisasi pembelajaran Kusumaningrum et al., 2021. Pembelajaran yang semula dilaksanakan luring, akibat adanya Covid-19 berubah menjadi pembelajaran daring. Proses perubahan ini tentu harus sejalan dengan peningkatan kompetensi bagi guru Lutfiana, 2021. Peningkatan kompetensi guru tidak hanya terfokus pada kompetensi utama guru yaitu kompetensi pedagogi, profesional, personal, dan sosial, tetapi terdapat peningkatan kompetensi penguasaan teknologi digital Lutfiana, 2021; Yantoro & Idrus, 2021. Adanya literasi digital diharapkan dapat menjadi tolok ukur dan pendukung dalam penguatan kompetensi guru dalam penguasaan teknologi yang menunjang proses pembelajaran. Kegiatan PkM yang dilakukan oleh tim pelaksana PkM Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa UST merupakan wujud Tri Dharma Perguruan Tinggi yang memiliki tanggung jawab kepada masyarakat untuk meningkatkan kualitas pendidikan di masa pandemi Covid-19. Salah satu upaya yang dilakukan oleh tim pelaksana PkM UST adalah memberikan sosialisasi terkait literasi digital guna membekali guru dalam meningkatkan mutu pendidikan akibat krisis Covid-19. Sosialisasi dilaksanakan melalui Zoom Meeting demi mencegah kontak langsung dengan guru-guru. Materi dalam kegiatan PkM ini terdiri dari 1 Society Diterbitkan oleh Universitas Wiralodra 23 ABDI WIRALODRA JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ISSN 2656-5501 Print ISSN 2714-8041 Online 2 Teknologi, lingkungan, perubahan gaya hidup TIK & Covid-19; 3 Akses belajar digital dan upaya pemerintah; 4 Hasil riset pengguna internet, keamanan berinternet, dan hoaks; 5 Era Disrupsi; 6 Pengertian literasi digital; 7; Kerangka, komponen, dan dimensi literasi digital; 8 Penerapan literasi digital pada lintas generasi; 9. Literasi digital dan transformasi digital pada pendidikan perbedaan pembelajaran abad 20 dengan 21; 10. Keterampilan yang diperlukan siswa menyongsong abad 21. Beberapa cuplikan bahan tayang dapat dilihat pada Gambar 3. Pada tahap perencanaan tim pelaksana PkM menyusun rencana, jadwal dan mengatur jobdesk untuk setiap anggota tim PkM. Pada tahap ini tim memutuskan program PkM dilaksanakan secara daring dengan pertimbangan terkait pencegahan penyebaran Covid-19 apabila dilaksanakan secara luring. Pada tahap persiapan, tim memilih pembicara dan moderator pada setiap sesi dan menentukan target dari kegiatan PkM. Gambar 3. Cuplikan bahan tayang sosialisasi Pada tahap pelaksanaan, sebelum mulai masuk ke acara inti, tim melakukan observasi dengan memberikan angket literasi digital dalam bentuk Google Form kepada guru-guru. Pemberian angket literasi digital dilakukan untuk mengetahui kondisi awal pemahaman guru akan literasi digital. Hasil angket menunjukkan bahwa guru-guru masih kesulitan dalam melakukan pembelajaran daring. Salah satu kesulitan yang diketahui adalah penerapan model pembelajaran kooperatif yang dilakukan selama pembelajaran daring. Pada akhir kegiatan pengabdian, 24 Diterbitkan oleh Universitas Wiralodra ABDI WIRALODRA JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ISSN 2656-5501 Print ISSN 2714-8041 Online yaitu pada tahap evaluasi tim pelaksana memberikan angket yang sama dengan yang diberikan sebelumnya. Pemberian angket pada akhir kegiatan pengabdian bertujuan untuk mengetahui kondisi pemahaman literasi digital guru peserta program PkM setelah diadakannya kegiatan sosialisasi. Dengan memberikan angket sebelum dan sesudah kegiatan peneliti dapat mengetahui ada tidaknya peningkatan pemahaman literasi digital. Skor rata-rata hasil analisis angket sebelum dan sesudah kegiatan pengabdian ditampilkan dalam Tabel 1. Tabel 1. Hasil analisis angket literasi digital sebelum dan sesudah kegiatan Skor rata-rata hasil angket literasi digital Tabel 1 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 21,3% pada pemahaman literasi digital. Persentase peningkatan pemahaman guru akan literasi digital telah melampaui indikator keberhasilan 20% yang sudah ditetapkan. Angket literasi digital didasarkan pada komponen literasi digital yaitu Practional and Functional Skill, Creativity, Collaboration, Proficient Communication, Curate Information, Critical Thinking and Evaluation, Cultural and Social Understanding, dan E-Safety Nabhan, 2021; Nugroho & Nasionalita, 2020; Soriani, 2018. Ilustrasi komponen literasi digital dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Komponen Literasi Digital Basuki, 2016 Practional and Functional Skill berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam mengoperasikan teknologi mulai dari familiaritas, keterjangkauan alat, penggunaan alat, kesadaran hak cipta, dan kemampuan menghasilkan produk Diterbitkan oleh Universitas Wiralodra 25 ABDI WIRALODRA JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ISSN 2656-5501 Print ISSN 2714-8041 Online akhir. Creativity mencakup kreasi produk dan kemampuan berpikir kreatif imajinatif dalam penggunaan teknologi. Collaboration menekankan pada kemampuan seseorang dalam proses berdiskusi, berdialog, dan proses membangun gagasan untuk menciptakan pemahaman. Proficient Communication berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam berkomunikasi dan memahami serta mengerti lawan bicara dalam ruang digital. Curate Information menekankan pada kemampuan mencari dan menyeleksi serta menggunakan informasi secara selektif. Critical Thinking and Evaluation menitikberatkan pada penerimaan informasi dan juga tindakan, proses analisis dan proses berpikir kritis saat dihadapkan dengan informasi. Cultural and Social Understanding terkait dengan praktik di ruang digital sehingga sejalan dengan konteks pemahaman sosial dan budaya. E-safety menitikberatkan pada keamanan dalam ruang digital. Adapun indikator literasi digital yang diturunkan dari komponen literasi digital dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Indikator Literasi Digital Practional and Functional Skill Mampu mengoperasikan ICT pembelajaran dengan baik. 1. Mampu membuat produk atau output dalam berbagai model dan format dengan memanfaatkan teknologi digital. 2. Mampu berpikir kreatif dan imajinatif mulai dari perencanaan, menyusun konten, serta mengeksplorasi ide-ide yang masih berkaitan. 1. Mampu mengambil bagian dalam ruang digital. 2. Mampu menjelaskan dan merundingkan ide-ide dengan lawan bicara di ruang digital. 1. Mampu berkomunikasi melalui teknologi digital. 2. Mampu memahami dan mengerti orang lain dalam ruang digital. Mampu mencari dan memilih informasi. Critical Thinking and Evaluation Mampu menyumbang, menganalisis dan berpikir secara kritis saat menangani informasi. Cultural and Social Understanding Mampu menyikapi ruang digital selaras dengan konteks pemahaman sosial dan budaya. Mampu menjamin keamanan saat pengguna melakukan eksplorasi, kreasi, dan kolaborasi dengan teknologi digital. 26 Diterbitkan oleh Universitas Wiralodra ABDI WIRALODRA JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ISSN 2656-5501 Print ISSN 2714-8041 Online Paparan data mengenai hasil pengabdian tentang literasi digital yang telah terlaksana dapat dilihat pada Gambar 5 hingga Gambar 12. Gambar 5. Indikator Dimensi Practional and Functional Skill Gambar 5 menunjukkan bahwa pada indikator dimensi Practional and Functional Skill, sebanyak 84% guru sudah mampu mengoperasikan ICT yang menunjang pembelajaran dengan baik kategori setuju dan sangat setuju. Kemampuan guru dalam memanfaatkan teknologi akan sangat membantu dalam pembelajaran agar terbentuk suasana yang kondusif dan interaksi sosial yang baik antara guru dan siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Arigiyati, Kuncoro, et al., 2021; Kuncoro & Arigiyati, 2020; Wibowo et al., 2020 yang menyatakan bahwa ketika guru dapat menguasai dan mengoperasikan teknologi, maka hal tersebut akan dapat menunjang proses pembelajaran. Gambar 6. Indikator Dimensi Creativity Pada Gambar 6 terdapat dua diagram lingkaran, Gambar 6 1 dan 2 menunjukkan sebanyak 75% guru sudah mampu membuat produk atau menghasilkan output dalam berbagai model dan format dengan memanfaatkan teknologi digital, serta mampu berpikir secara kreatif dan imajinatif mulai tahap perencanaan, menyusun konten, serta mengeksplorasi ide-ide yang masih saling berkaitan. Akibatnya siswa menjadi senang belajar, lebih kritis dan kreatif dalam Diterbitkan oleh Universitas Wiralodra 27 ABDI WIRALODRA JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ISSN 2656-5501 Print ISSN 2714-8041 Online mengikuti pembelajaran hingga mampu membangun kemampuan berpikir tingkat tinggi HOTS melalui apa yang disampaikan oleh guru. Gambar 7. Indikator Dimensi Collaboration Gambar 7 merupakan diagram untuk indikator dimensi collaboration yang terdiri dari dua indikator, masing-masing disajikan pada Gambar 7 1 yaitu indikator mampu berpartisipasi dalam ruang digital dan Gambar 7 2 adalah indikator mampu menjelaskan dan merundingkan ide-ide dengan lawan bicara di ruang digital. Berdasarkan Gambar 7 1 diketahui bahwa sebanyak 82% guru sudah mampu berpartisipasi dalam ruang digital, sedangkan 91% guru sudah mampu menjelaskan dan merundingkan ide-ide dengan lawan bicara di ruang digital. Hal ini akan berdampak pada penyampaian informasi kepada siswa menjadi lebih baik dan efektif serta menghindari adanya miss communication. Senada dengan Puspitosari & Lokananta, 2021 penting bagi guru dalam menguasai ruang digital agar terwujud interaksi yang baik dan pesan yang disampaikan dapat diterima secara baik, benar, dan maksimal oleh siswa. Gambar 8. Indikator Dimensi Proficient Communication Pada Gambar 8 1 dan 2 diketahui bahwa sebanyak 100% guru sudah mampu berkomunikasi melalui media teknologi digital dan juga telah mampu memahami dan mengerti lawan bicara dalam ruang digital. Hal ini sejalan dengan pendapat Arikarani & Amirudin, 2021 yang menyatakan bahwa melalui media digital sebagai sarana komunikasi mampu memberikan manfaat tidak hanya bagi 28 Diterbitkan oleh Universitas Wiralodra ABDI WIRALODRA JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ISSN 2656-5501 Print ISSN 2714-8041 Online guru tetapi bagi siswa. Dengan memahami karakteristik pembelajaran digital secara optimal akan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Gambar 9. Indikator Dimensi Curate Information Gambar 9 menunjukkan bahwa pada indikator dimensi Curate Information sebanyak 93% guru mampu mencari dan menyeleksi informasi. Tingginya kemampuan guru dalam indikator dimensi Curate Information, guru dapat memahami konten yang baik, benar, dan positif serta mampu membedakan ciri-ciri konten yang sifatnya hoax. Ciri-ciri konten yang hoax di antaranya adalah 1 menimbulkan rasa kebencian, kecemasan, dan permusuhan; 2 berasal dari sumber yang tidak terverifikasi, tidak netral, dan cenderung merugikan pihak tertentu; 3 mengandung unsur fanatisme Simarmata et al., 2019. Hoax biasanya dibuat untuk mengikuti suatu perkembangan situasi tertentu dengan tujuan untuk memberikan informasi yang tidak benar tentang situasi tersebut Sulistyowati et al., 2021. Tingginya pemahaman guru akan informasi yang diterima akan melindungi dunia pendidikan dari bahaya hoax sehingga dapat mencegah dan mengurangi kenakalan dari siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Cleopatra et al., 2020 yang menyatakan bahwa guru merupakan ujung tombak dalam memutus rantai hoax yang ada di sekolah. Gambar 10. Indikator Dimensi Critical Thinking and Evaluation Gambar 10 menunjukkan bahwa sebanyak 75% kategori sangat setuju dan setuju pada indikator dimensi Critical Thinking and Evaluation guru sudah Diterbitkan oleh Universitas Wiralodra 29 ABDI WIRALODRA JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ISSN 2656-5501 Print ISSN 2714-8041 Online mampu menyumbang, menganalisis dan berpikir secara kritis saat menangani informasi. Hal ini secara tidak langsung akan berdampak pula terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Guru akan dapat merangsang pola berpikir kritis siswa sehingga siswa dapat menemukan atau membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini sependapat dengan Nuraida, 2019 yang menyatakan bahwa sebagai perancang dan pengelola pembelajaran di kelas, guru harus menciptakan proses pembelajaran yang dapat menumbuhkan proses berpikir kritis siswa, karena kemampuan berpikir kritis merupakan potensi intelektual yang dapat dikembangkan selama proses pembelajaran. Gambar 11. Indikator Dimensi Cultural and Social Understanding Gambar 11 menunjukkan sebanyak 75% pada indikator dimensi Cultural and Social Understanding guru telah mampu menyikapi ruang digital selaras dengan konteks pemahaman sosial dan budaya. Pesatnya transformasi pendidikan di ruang digital ditandai dengan komunikasi global yang melampaui batas-batas geografis dan budaya. Interaksi digital antar generasi, gender dan antar kelompok sosial lainnya akan memunculkan isu etika. Peran guru sangat penting dalam memberikan pemahaman etika dalam bermedia digital terhadap siswa agar siswa tetap berada pada koridor normal sosial dan budaya yang berlaku dalam ruang digital. Gambar 12. Indikator Dimensi E-Safety Gambar 12 menunjukkan bahwa 100% guru pada indikator dimensi E-Safety telah mampu dalam menjamin keamanan saat pengguna melakukan 30 Diterbitkan oleh Universitas Wiralodra ABDI WIRALODRA JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ISSN 2656-5501 Print ISSN 2714-8041 Online eksplorasi, kreasi, dan kolaborasi dengan teknologi digital. Hal ini akan berdampak pada saat menggunakan perangkat digital guru dapat melindungi keamanan diri sendiri juga keamanan siswanya dengan tidak mengunggah semua informasi pribadi di akun-akun media sosialnya/media internet lainnya. Selain keamanan, guru juga dapat mengarahkan siswa untuk mengenali apa saja hak-hak privasi ketika berada di dunia maya Candrasari & Claretta, 2020. Berdasarkan delapan komponen yang dinilai, guru-guru peserta sosialisasi mendapat skor tertinggi dalam dimensi Proficient Communication dan E-Safety. Sedangkan skor terendah berada pada dimensi Creativity, Critical Thinking and Evaluation, dan Cultural and Social Understanding. Paparan data literasi digital di atas memberikan penguatan bahwa kegiatan PkM ini telah berhasil dengan melampuai indikator keberhasilan sebesar 20%. Literasi digital yang dikuasai oleh guru kemudian dapat diterapkan dalam praktik pembelajaran secara daring selama pandemi Covid-19 agar tetap dapat mencapai tujuan pembelajaran. Sejalan dengan pendapat Herlambang et al., 2021 melalui upaya peningkatan literasi digital, guru dapat mendampingi siswa belajar secara aktif dan efektif walaupun harus dilakukan secara daring. Melalui peningkatan literasi digital, guru juga akan mampu membimbing dan mengarahkan siswa menggunakan teknologi/media digital secara baik, efektif, positif dan sehat. D. Kesimpulan Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat PkM tentang literasi digital bagi peserta guru-guru yang berasal dari Pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi berjalan dengan lancar dan telah melampaui indikator keberhasilan yang sudah ditetapkan. Hal tersebut ditunjukkan adanya peningkatan pada pemahaman literasi digital yang cukup signifikan yaitu sebesar 21,3%. Hasil angket setelah kegiatan menunjukkan bahwa sebagian besar guru sudah memahami dan melaksanakan literasi digital selama pembelajaran. Melalui kegiatan ini, diharapkan guru dapat menularkan pengetahuannya kepada teman sejawat juga siswa di sekolah. E. Ucapan Terima kasih Diterbitkan oleh Universitas Wiralodra 31 ABDI WIRALODRA JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ISSN 2656-5501 Print ISSN 2714-8041 Online Pelaksanaan pelatihan pendampingan pembelajaran tatap muka terbatas berbasis sosiograph untuk meningkatkan kemampuan literasi pada guru sekolah menengah yang dilakukan secara hybrid, tidak akan terlaksana tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat LPPM Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa UST yang telah memfasilitasi sehingga tim pengabdian memperoleh pembiayaan pengabdian dari Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Riset dan Teknologi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. dengan nomor kontrak untuk kegiatan Program Penelitian Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka dan Pengabdian Masyarakat Berbasis Hasil Penelitian dan Purwarupa Perguruan Tinggi Swasta. DAFTAR PUSTAKA Abdul Latip. 2020. Peran Literasi Teknologi Informasi Dan Komunikasi Pada Pembelajaran Jarak Jauh Di Masa Pandemi Covid-19. EduTeach Jurnal Edukasi Dan Teknologi Pembelajaran, 12, 108–116. Adisel, A., & Prananosa, A. G. 2020. Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Sistem Manajemen Pembelajaran pada Masa Pandemi Covid 19. ALIGNMENT Journal of Administration and Educational Management, 31, 1–10. Andhika, M. R. 2020. Kreativitas Guru Dalam Menumbuhkan Minat Belajar Siswa di MIN 8 Aceh Barat. JURNAL EDUSCIENCE, 71, 28–33. Arigiyati, T. A., Kuncoro, K. S., & Kusumaningrum, B. 2021. Pelatihan Pembuatan Media Pembelajaran Berbasis Smartphone bagi Guru SD Muhammadiyah Girikerto. Kanigara, 12, 140–149. Arigiyati, T. A., Kusumaningrum, B., Kuncoro, K. S., Wijaya, M. T., & Hidayat, T. 2021. Berlatih Ragam Aplikasi Pembelajaran Daring pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Warta Desa JWD, 32, 70–77. Arikarani, Y., & Amirudin, M. F. 2021. Pemanfaatan Media Dan Teknologi Digital Dalam Mengatasi Masalah Pembelajaran Dimasa Pandemi. Edification Journal Pendidikan Agama Islam, 41, 93–116. Aulia, N. A., Hasan, M., Dinar, M., Ahmad, M. I. S., & Supatminingsih, T. 2021. Bagaimana Literasi Kewirausahaan dan Literasi Digital Berpengaruh terhadap Keberlanjutan Usaha Pedagang Pakaian? Journal of Economic Education and Entrepreneurship Studies, 21, 110–126. Basuki, S. 2016. Literasi Informasi dan Literasi Digital. 32 Diterbitkan oleh Universitas Wiralodra ABDI WIRALODRA JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ISSN 2656-5501 Print ISSN 2714-8041 Online Batubara, D. S. 2018. Kompetensi teknologi informasi dan komunikasi guru sd/mi potret, faktor-faktor, dan upaya meningkatkannya. Muallimuna Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, 31, 48–65. Budio, S., & Fadlan, A. H. 2020. Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kreativitas Guru. Jurnal Menata Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 31, 1–21. Candrasari, Y. C., & Claretta, D. 2020. Pengembangan Dan Pendampingan Literasi Digital UntukPeningkatan Kualitas Remaja Dalam Menggunakan Internet. Dinamisia Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 44, 611–618. Cleopatra, M., Sahrazad, S., & Wulansari, L. 2020. Peran Orang Tua dan Guru dalam Mencegah Berita “Hoax” Pada Siswa SMP. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 62, 100–103. Fitri, W. 2021. Dampak Penyebaran Covid-19 terhadap Dunia Pendidikan dan Sanitasi Di Indonesia. Syntax, 31, 56–72. Gani, P., Suryati, L., Sukiman, S., Sudarso, A., & Mipo, M. 2021. Efektivitas Pembelajaran Daring di Masa Pandemi COVID-19 pada SMA METHODIST-7 MEDAN. Pubarama Jurnal Publikasi Pengabdian Kepada Masyarakat, 11. Hasanah, I. 2021. Menumbuhkan Jiwa Kreativitas Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis IT Pada Era Pandemi Covid-19. Journal Of Education And Teaching Learning JETL, 33, 18–28. Herlambang, Y. T., Abidin, Y., Irianto, D. M., Yuniarti, Y., Kuswanto, K., Setiawan, D., Yusron, E., & Hendrawan, B. 2021. Peningkatan Profesionalisme Guru Melalui Pelatihan Membangun Desain Pembelajaran Online dengan Memanfaatkan Multiplatform Sebuah Gerakan Literasi Digital. Massagi Masyarakat Multiliterasi Pedagogi, 11, 1–8. Irfan, M., Kusumaningrum, B., Yulia, Y., & Widodo, S. A. 2020. Challenges During the Pandemic Use of E-Learning in Mathematics Learning in Higher Education. Infinity Journal, 92, 147. Istiqomah, N., Arigiyati, T. A., Wijayanti, A., & Widodo, S. A. 2021. Validitas E–LKPD Matematika Berbasis Tri N Pada Pokok Bahasan Bentuk Aljabar. WACANA AKADEMIKA Majalah Ilmiah Kependidikan, 52, 113–120. Jaya, H. N., Idhayani, N., & Nasir. 2021. Manajemen Pembelajaran untuk Menciptakan Suasana Belajar Menyenangkan di Masa New Normal. Jurnal Obsesi Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 52, 1566–1576. Juliya, M., & Herlambang, Y. T. 2021. Analisis problematika pembelajaran daring dan pengaruhnya terhadap motivasi belajar siswa. Genta Mulia Jurnal Ilmiah Pendidikan, 121. Kemdikbud. 2020. Pembelajaran secara Daring dan Bekerja dari Rumah dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Covid-19. Kemdikbud. Kuncoro, K. S., & Arigiyati, T. A. 2020. Development of 3N-Oriented TPACK Mathematical Computing E-Modules. JIPM Jurnal Ilmiah Pendidikan Diterbitkan oleh Universitas Wiralodra 33 ABDI WIRALODRA JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ISSN 2656-5501 Print ISSN 2714-8041 Online Matematika, 82, 122–130. Kurniawan, D. E. 2021. Pengaruh Metode Pembelajaran Daring Terhadap Minat Belajar Mahasiswa di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Education and Development, 92, 47–51. Kusumaningrum, B., Kuncoro, K. S., & Arigiyati, T. A. 2020. Pendampingan Orangtua Dalam Pembelajaran Daring Di Sekolah Dasar. INVENTA Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 42, 142–150. Kusumaningrum, B., Kuncoro, K. S., Sulistyowati, F., & Arigiyati, T. A. 2021. Meningkatkan Minat Belajar Daring Selama Masa Pandemi Covid-19. PROSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT, 11, 206–211. Lutfiana, R. F. 2021. Analisis Kompetensi Profesional Guru Melalui Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Information Technology. PINUS Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran, 71, 1–10. Muiz, M. H., & Sumarni, N. 2020. Pengaruh Teknologi Pembelajaran Kuliah Online Di Era Covid-19 Dan Dampaknya Terhadap Mental Mahasiswa. EduTeach Jurnal Edukasi Dan Teknologi Pembelajaran, 12, 153–165. Nabhan, S. 2021. Pre-Service Teachers’conceptions and Competences on Digital Literacy in An Efl Academic Writing Setting. Indonesian Journal of Applied Linguistics, 111. Nugroho, C., & Nasionalita, K. 2020. Indeks Literasi Digital Remaja di Indonesia Digital Literacy Index of Teenagers in Indonesia. Jurnal Pekommas, 52, 215–223. Nuraida, D. 2019. Peran guru dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam proses pembelajaran. Jurnal Teladan Jurnal Ilmu Pendidikan Dan Pembelajaran, 41, 51–60. Prajana, A., & Astuti, Y. 2020. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi Dalam Pembelajaran oleh Guru SMK Di Banda Aceh dalam Upaya Implementasi Kurikulum 2013. JINOTEP Jurnal Inovasi Dan Teknologi Pembelajaran Kajian Dan Riset Dalam Teknologi Pembelajaran, 71, 33–41. Puspitosari, R., & Lokananta, A. C. 2021. Peran Media Komunikasi Digital Pada Pola Komunikasi Guru dan Murid. Avant Garde, 9, 100–109. Rahman, F., Astagini, A., & Effendy, A. D. F. 2020. Kesenjangan Pembangunan di Tingkat Lokal Refleksi atas Implementasi Otonomi Daerah di Indonesia. Journal of Governance Innovation, 22, 93–111. Rerendo, E. F., Pangesti, G. D., Mukarromah, N. A. A., Putri, V., Zulkardi, Z., & Sari, N. 2021. Peningkatan Keprofesionalan Guru Matematika Selama Pandemi Melalui Pelatihan dan Pembinaan Guru. Jurnal Profesi Keguruan, 72, 156–166. Simarmata, J., Iqbal, M., Hasibuan, M. S., Limbong, T., & Albra, W. 2019. Hoaks dan media sosial saring sebelum sharing. Yayasan Kita Menulis. Soriani, A. 2018. From media education to digital citizenship. Origins, perspectives and policy implementations in the school systems across 34 Diterbitkan oleh Universitas Wiralodra ABDI WIRALODRA JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ISSN 2656-5501 Print ISSN 2714-8041 Online Europe. Ricerche Di Pedagogia e Didattica. Journal of Theories and Research in Education, 133, 85–122. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung. Sulistyowati, F., Kusumaningrum, B., Kuncoro, K. S., Praheto, B. E., & Merdhiana, F. 2021. Identifikasi Pemahaman Masyarakat Terhadap Hoaks Covid-19 dan Bahayanya Bagi Pasien Covid-19. PROSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT, 11, 267–272. Surahman, E., Santaria, R., & Setiawan, E. I. 2020. Tantangan Pembelajaran Daring Di Indonesia. Kelola Journal of Islamic Education Management, 52, 89–98. Verawati, A., Agustito, D., Pusporini, W., Utami, W. B., & Widodo, S. A. 2022. Designing Android learning media to improve problem-solving skills of ratio. Advances in Mobile Learning Educational Research, 21, 216–224. Wahyu, W., Maulana, W., Fitrisyah, M. A., Zulkardi, Z., & Sari, N. 2021. Peran Etika Profesi Guru Matematika dalam Mengahadapi Tantangan Abad 21. PHI Jurnal Pendidikan Matematika, 52, 156–164. Wibowo, A. N., Supandi, A., Andri, A., & Widiyarto, S. 2020. Pemanfaatan Pembelajaran ICT Dalam Optimalisasi Proses Belajar Mengajar Guru SMP. Jurnal Pengabdian UntukMu NegeRI, 42, 228–230. Wijayanti, N., Arigiyati, T. A., Aulia, F., & Widodo, S. A. 2021. Development of E-Worksheet on Linear Equations and Inequalities Topics Based on Tri-N. Journal of Medives Journal of Mathematics Education IKIP Veteran Semarang, 52, 245–260. Yantoro, Y., & Idrus, A. 2021. Pelatihan Peningkatan Kompetensi Guru Dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran Berbasis ICT pada SMP Negeri 1 Muaro Jambi. DEDIKASI Jurnal Pengabdian Masyarakat, 22, 312–327. Yunita, Y., & Elihami, E. 2021. Pembelajaran Jarak Jauh dengan Media E-learning Diskursus Melalui Problem Soving di Era Pandemik Covid-19. JURNAL EDUKASI NONFORMAL, 21, 133–146. Zainuddin, Z. 2021. Perubahan Sosio-Kultur Madrasah Aliyah Miftahul Ulum Lumajang dan Masa Depan Madrasah Pasca Berakhirnya Pandemi Covid-19 Perspektif Teori Social Engineering. Journal of Islamic Education Research, 22, 147–160. ... Adanya tuntutan bagi para pendidik untuk mengembangkan profesionalismenya adalah agar kompetensi guru relevan dengan perkembangan zaman Kusumawati et al., 2022;Yusuf et al., 2022. Kemampuan literasi digital sangat penting dikuasai oleh guru dalam rangka penguatan pendidikan karakter siswa sekolah dasar, mengatasi permasalahan pembelajaran di era pandemi covid-19, serta mewujudkan profesionalisme kinerja guru pada era revolusi industri Akib et al., 2022;Kuncoro et al., 2022;Lismawati & Trihantoyo, 2022. ...Wulan Tri Puji Utami Novy TrisnaniSyauqie Muhammad MarierThe location of SD N Tukharjo, which is about 30 km from the Kulon Progo district center, makes educational facilities such as the regional library difficult to reach for students and teachers. The mobile library car run by the Kulonprogo regional library has also not reached SD N Tukharjo. The impact is that students and teachers only use the school library as literacy material. Currently Face-to-Face Learning PTM also limits the circulation of borrowed books in the school library. Through this activity, teachers will be given a deeper understanding of the nature of the literacy-numeration school program. Teachers are also encouraged to produce works in the form of fairy tale books that can add to reading material in reading corners or libraries, as well as increase skills regarding digital literacy by making literacy books based on augmented reality AR. This service activity is carried out through four stages, namely planning, implementation, mentoring, and evaluation and reflection. From the results of the evaluation and reflection activities it can be concluded 1 there is an increase in knowledge and digital literacy skills for teachers at SD Negeri Tukharjo, and 2 teachers at SD Negeri Tukharjo have succeeded in composing augmented reality fairy tales and have been ISBN-approved.... Permasalahan dalam dunia pendidikan salah satunya yaitu kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di sekolah di mana para peserta didik kurang mampu dalam pengembangan sikap, keterampilan dan kecerdasan intelektualnya Kuncoro et al., 2022. Menurut Sanjaya 2013 yang menjelaskan bahwa dalam aktivitas belajar mengajar mayoritas para peserta didik kurang mampu untuk melakukan perkembangan kapasitas dalam berpikir, di kelas proses pembelajaran difokuskan untuk menghafal informasi sehingga keseharian dari para murid hanya pandai dalam teoritis tetapi tidak dalam pengaplikasiannya. ...Rizqa MardhatilahMuhammad ZainiKaspul KaspulKemajuan teknologi menjadi salah satu potensi yang dapat dimanfaatkan pada masa pandemi COVID-19, diantaranya LKPD elektronik e-LKPD dalam pembelajaran biologi untuk menuntun kegiatan pembelajaran yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penggunaan e-LKPD pada konsep sistem gerak terhadap hasil belajar kognitif produk dan kognitif proses, serta menganalisis peningkatan kapasitas berpikir kritis peserta didik pada konsep sistem gerak. Penelitian ini menggunakan metode quasi experiment guna melakukan pengukuran terhadap hasil belajar kognitif produk dan proses, sedangkan kemampuan berpikir kritis dianalisis secara deskriptif. Pengambilan sampel untuk data kognitif produk dan kognitif proses melalui teknik purposive sampling, sedangkan keterampilan berpikir kritis menggunakan kelas perlakuan dan kelas kontrol. Teknik analisis data hasil belajar menggunakan analisis kovarian dengan aplikasi SPSS 22, sedangkan data keterampilan berpikir kritis dianalisis menggunakan uji deskriptif dengan penskoran. Hasil penelitian menjelaskan dampak penggunaan e-LKPD terhadap hasil belajar kognitif produk dan kognitif proses memperoleh signifikansi yang sama sig. . Rata-rata skor aspek keterampilan berpikir kritis peserta didik menggunakan e-LKPD memperoleh kategori baik. Berdasarkan temuan ini, e-LKPD dapat menjadi alternatif dalam kegiatan pembelajaran karena terbukti peserta didik memperoleh hasil belajar dan keterampilan berpikir kritis yang baik. Abstract. Technological progress is one of the potential benefits of the COVID-19 pandemic, including electronic LKPD e-LKPD in biology learning to guide suitable learning activities. This study aims to analyze the effect of using e-LKPD on the motion system concept on product cognitive learning outcomes and cognitive processes, as well as the improvement of students' critical thinking capacity on the motion system concept. This study uses a quasi-experimental method to measure the cognitive learning outcomes of products and processes, while critical thinking skills are analyzed descriptively. Sampling for product cognitive data and process through purposive sampling technique, while critical thinking skills using the treatment and control classes. The data analysis technique for learning outcomes used covariance analysis with the SPSS 22 application, while the critical thinking skills data were analyzed using a descriptive test with scoring. The study's results explain the impact of using e-LKPD on product cognitive learning outcomes and cognitive processes that have the same significance sig. The average score of the critical thinking skills aspect of students using e-LKPD obtained a good category. These findings prove that e-LKPD students get good learning outcomes and critical thinking skills to become an alternative in online learning activities.... This is in line with research conducted by Muhammad Wadji, Tsrif kib, M Natsir, Edi Hasan, and Abidin that through digital literacy the creativity of teachers is actually increasing because the knowledge they have is not limited to the scope of the school but is comprehensive which is free to learn both online and offline. Muhammad Wadji, et al, 2021 Kuncoro, et al, 2022. ...Juan David Martinez ZayasNurhayati Rofi'ahThe current education requires a new teaching approach based on digital literacy because today’s students experience different needs based on the technological era. To face this reality, teachers must be creative because technology is changing so fast and students’ digital literacy are more advanced than their educators. A good way how to develop teachers’ creativity is by introducing a digital literacy education program for preservice and in-service teachers from different levels. This research paper is conducted by theoretical research method. Data are collected by a theoretical review technique. Also, this research design is based on a descriptive approach. The study is focused on teachers’ creativity development by increasing digital literacy. Papers related to the topic under study were searched on educational journals. The main goal of this paper is to find out how digital literacy skills influence educators’ creativity development. Findings show that the use of technology develops various skills such as problem-solving, productivity, collaborative imagination, curiosity, and other factors that increase creativity. Current researchers also find that technology enhances teachers’, motivation, cooperation, and creation. Overall, children of this age are involved with technology every day, and for them is almost natural to deal with this reality, for this reason, this paper suggests that digital literacy skills must be inculcated in teachers from all levels by different methods to face the reality.... According to Hasyim, R., & Kamisi, M. 2021 Digital-based learning is a learning process that uses electronic media, namely by developing it into internet and intranet networks as learning aids in order to improve the quality of learning. The results of the study by Kuncoro et al 2022 showed that there was a significant increase in understanding digital literacy, which was The results of the questionnaire after the activity showed that most of the teachers had understood and implemented digital literacy during learning. ...The Digital era is a period or Era where almost all fields in the order of life have been assisted by digital technology. In the context of education, digital competence can be interpreted as the use of technology in a convincing, appropriate, and safe way to achieve learning and educational goals. The research objective is to reveal the digital literacy skills of Singkawang City Junior High School students through 5M activities to support independent learning. The research method uses a quantitative approach. Researchers directly collect this study's source of data from the original subject, namely junior high school SMP students. This research was conducted in a junior high school in Singkawang City. The population of this study was as straight as junior high school students from grades VII-VIII from the age of 12 to 15 years, totaling 125. The sampling technique is probability sampling, namely area cluster sampling. The data collection technique used in this study was a test question. The instrument used to measure the variable of students' digital literacy ability was previously tested for validity and reliability. Data analysis technique to test research questions with ANOVA test with The study results showed that the significant value data for each school was greater than which means that the data is normally distributed. The five variants of the five schools that represent the population are the same homogeneous. Digital literacy skills using 5M activities positively impact the learning process to support independent learning. There is a difference in the average digital literacy ability of junior high school students in Singkawang City after being given planting using 5M activities with a sig value of < But the results obtained by each school is different, but the results are still in the very good category... Belajar melalui perbaikan diri adalah sumber ide-ide baru. Sebagai bentuk inovasi guru pendidikan, perangkat berbasis mobile digunakan di dalam kelas Kuncoro et al., 2022. Pengembangan diri guru memerlukan peningkatan investasi dalam literasi guru. ...Karya-karya inovatif yang diterapkan secara kreatif dalam proses pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan profesi guru. Siswa hanya menerima tugas dari guru yang aktif belajar selama pandemi covid-19. Guru di sekolah dasar mengalami kesulitan dengan pengalaman belajar dan kurang menarik. Tujuan dari penyedia ini adalah untuk membantu guru sekolah dasar dalam membuat materi dan rencana pelajaran yang mutakhir. Perencanaan kegiatan melalui penggunaan metode Forum Group Discussion, penyebaran informasi, dan pemberian pendampingan. Guru SD Probolinggo adalah audiens yang dituju. Dengan menggunakan angket dan deviasi dasar untuk mengukur kemampuan guru, dapat dievaluasi hasil pendampingan guru SD terhadap kreasi karya baru. Menurut temuan penyelidikan, 41,10 persen pendidik mungkin terlibat dalam pekerjaan inovatif, 25,77 persen pendidik percaya bahwa mereka tidak terlibat dalam pekerjaan inovatif, dan 33,13 persen pendidik benar-benar terlibat dalam pekerjaan inovatif. Sebelum pendampingan, sebagian besar guru yaitu 47,85% cenderung memahami kompetensinya sendiri dalam kesiapan kerja teknologi, 23,31 persen tidak paham dan 28,83 persen paham. Kemampuan guru sekolah dasar untuk mengembangkan karya inovatif meningkat sebagai hasil dari pendampingan di bidang ini. Hasilnya, 69,84 persen guru mampu menciptakan karya inovatif, sementara 28,57 persen guru mungkin sudah melakukannya tetapi membutuhkan dukungan tambahan. Hanya 1,59 persen dari mereka yang mendaftar tidak dapat mengirimkan karya kreatif mereka untuk koleksi. Guru harus menjalani pelatihan ekstensif untuk menginspirasi siswa mereka untuk menciptakan karya seni baru.... Previous researchers have made various efforts to improve teacher digital literacy, such as providing education about the importance of digital literacy for teachers in responding to the transformation of education during the Covid-19 pandemic online Kuncoro et al., 2022. The results of Rohmah's research 2019 emphasize that digital literacy can be strengthened by using digital technology as an additional learning resource, using digital technology-based learning media, accessing information quickly, promoting schools, and publishing works and information. ...This study aimed to explore increasing the Islamic digital literacy of religion teachers through digital library training strategies and to determine the percentage of spiritual teacher competence in using digital libraries. Therefore, this study uses a mixed method that combines two approaches qualitative and quantitative. The participants in this study were 5 lecturers and professors and 30 are religion teachers from one of the State Public Universities in Bandung. This research uses data collection techniques such as interviews, observation, and questionnaires with the analysis data by scoring. The results of this research produce findings. First, digital library training is carried out because of the problems faced by religion teachers, namely lack of time to study especially online learning, lack of skills in using technology and computers, less quality literature, do not have a personal library, and do not have special funds. To buy much literature. Second, this training activity consists of three stages 1 the planning stage, 2 the implementation stage, and 3 the evaluation stage. In the planning stage, the trainers started the training activities by analyzing the needs. In addition, this research namely digital libraries can increase Islamic digital literacy activities for religion teachers because the search for references is more practical, fast, and accurate.... Kemampuan ini sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan tingkat tinggi. Sehingga berdasarkan hal tersebut, keadaan saat ini merupakan cerminan dan menggarisbawahi bahwa peran guru merupakan peran yang tidak mudah, karena hal ini berkaitan dengan guru sebagai subjek kegiatan belajar mengajar dituntut untuk mampu menguasai teknologi informasi dan komunikasi terutama demi kepentingan kelancaran proses pembelajaran Singgih Kuncoro et al., 2022. ...Perkembangan di era digital yang begitu pesat menuntut kemampuan digital yang juga memadai. Pada bidang pendidikan, kemampuan digital diperlukan untuk mengubah sistem pembelajaran konvensional dengan sistem pembelajaran yang lebih efektif dan efisien dengan dukungan sarana dan prasarana yang memadai. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam membantu untuk mengubah sistem pembelajaran, oleh karena itu guru dituntut untuk memiliki kemampuan literasi digital yang memadai. Salah satu upaya yang dilakukan dosen-dosen prodi manajemen pendidikan yakni melalui kegiatan pelatihan berupa pengenalan dan pemanfaatan web literasi digital, web pembuat video, serta pendampingan dan terakhir yaitu evaluasi. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini mencakup tiga langkah yaitu sosialisasi, pelatihan, dan focus group discussion FGD. Adapun pihak-pihak yang terkait yang pertama yaitu Kepala suku dinas pendidikan jakarta timur sebagai mitra yang memberikan kewenangan dan perizinan kegiatan. Kedua, Pengawas dan kepala sekolah yang memiliki tugas dan fungsi sebagai pembina para guru di wilayah binaannya. Ketiga, guru-guru di kecamatan Pulo Gadung dan Duren Sawit Kota Jakarta Timur. Dengan adanya pelatihan ini, peserta memperoleh pengetahuan dan kemampuan baru tentang kecakapan digital, ditunjukkan dengan peserta mampu mempraktekan tahap-tahap dalam memanfaatkan web literasi digital dan web pembuat video. Kemudian peserta juga mendapatkan pendampingan pasca pelatihan secara intensif melalui grup whatsapp dan berdasarkan hasil evaluasi para peserta menyatakan bahwa web literasi digital dan web pembuat video ini penting dan relevan terutama pada masa perkembangan teknologi saat ini dan juga ditengah masa pandemi Covid-19.... Untuk mengukur kinerja program, murid dapat membedakan antara data yang baik dan salah, mengembangkan kata sandi yang tidak orang tahu, dan berinteraksi secara online secara efektif Kuncoro et al., 2022. Menggunakan video YouTube sebagai sumber belajar, program DenHaag Bahasa Indonesia Dasar adalah proyek literasi digital terbaru yang akan diterapkan di ruang kelas di seluruh Indonesia Zahroh & Sholeh, Di masa pandemi Covid ini, pengenalan pembelajaran online dari rumah harus didukung oleh literasi tentang pemanfaatan internet dan smartphone, seperti yang ditunjukkan oleh siswa di sebuah sekolah dasar di daerah pedesaan Kabupaten Lumajang. ...Penggunaan media sosial atau aplikasi konferensi di smartphone atau laptop untuk pembelajaran online membuat siswa lebih nyaman dengan teknologi digital, atau beberapa siswa sudah terbiasa dengannya karena waktu mereka di SDN Rowokangkung 1 Kabupaten Lumajang, dan proyek pengabdian masyarakat yang berfokus pada literasi digital kemudian dilakukan untuk mengajari siswa cara memanfaatkan internet dengan aman, sehat, dan berpengetahuan. Kegiatan selama tiga bulan, dimulai dengan sosialisasi dan perijinan dan diakhiri dengan evaluasi. Siswa yang berpartisipasi dalam proyek layanan ini memiliki pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana menggunakan internet dan teknologi elektronik seperti smartphone untuk kebaikan, serta bagaimana aman saat online dan menemukan situs web yang dapat dipercaya dengan konten yang sesuai dengan usia. 91 persen responden bersedia untuk bertanya, mengulang informasi yang mereka pelajari dari pendidik, dan mengulang isi yang mereka pelajari dari kegiatan, dan keefektifan kegiatan ditunjukkan dengan antusias partisipasi siswa. Aktivitas Siswa dapat menggunakan teknologi contohnya blog, media sosial, web, dan YouTube untuk menemukan materi, membaca, dan mendengarkan, dan mereka dapat melacak kemajuan setiap pembelajaran seperti yang diajarkan secara Delita SariSuci Lestari HandayaniNona WardhaniSyamsul BahriPada 2020 lalu Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nadiem Makarim mengeluarkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam masa darurat penyebaran virus Corona. Surat edaran ini antara lain berisi mengenai kebijakan Mendikbud mengenai pelaksanaan Ujian Nasional dan juga kebijakan mengenai Pembelajaran jarak Jauh secara daring demi mengurangi resiko penyebaran virus corona. Namun karena keterbatasan sarana dan prasarana di desa Tesbatan maka system pembelajaran masih tetap dilakukan secara luring, selain itu juga kurangnya pemahaman siswa dan juga guru terhadap media digital juga turut menghambat jalannya proses pembelajaran jarak jauh,hal ini juga disampaikan oleh R. Lembani, semakin tertinggal dan jauh suatu daerah semakin terbatas jangkauan dalam menggunakan dan memanfaatkan fasilitas teknologi yang berdampak pada diri seseorang sehingga dirasa perlu adanya upaya untuk membekali siswa dan juga guru mengenai digitalisasi literasi digital. Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka tim PPK Ormawa Unit Kegiatan Mahasiswa Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Kupang UKM. Pengmas UMK, kegiatan ini dilakukan melalui 3 tahap yaitu 1 tahap persiapan, 2 tahap pemberian materi dan 3 tahap evaluasi. Hasil yang didapat adalah, dengan membawakan materi semenarik mungkin para siswa dan guru mudah untuk memahami materi dan juga konsep yang telah di berikan, pemberian games ditengah-tengah materi membuat para peserta tidak merasa bosan sama Safitri Barus Ummi Nur Afinni Dwi JayantiThis study aims to examine the effect of the Think Talk Write learning model as an effort to improve students' information literacy in the study of the concept of the immune system. This type of research includes a action research approach with a quasi-experimental method using pre-test and post-test. The research subject was a population of 52 students in class IX science. The research data was collected based on the results of the pre-test and post-test that had been carried out on grade IX students. Based on the results of this study, it was found that the class that applied the think talk write learning model got a higher average score than the class that applied the conventional learning model Thus, it is concluded that learning that applies the think talk write model can improve information literacy in ZainuddinThe Indonesian government's efforts to suppress the spread of Covid-19 directly impact the socio-cultural changes of madrasas, the phenomenon of culture shock occurring at all levels of education. This study seeks to describe and analyze the dynamics of socio-cultural changes at MA Miftahul Ulum Lumajang after the COVID-19 pandemic using social engineering theory as an analytical tool. The research method uses a phenomenological qualitative approach. The results showed The socio-cultural changes that occurred in MA Miftahul Ulum Banyuputih Kidul Jatiroto Lumajang during the covid-19 pandemic covered various aspects, both in terms of teaching and learning activities, communication patterns between teachers and students, including the psychological aspects of teachers and students in dealing with learning activities. Teaching KBM to create a new paradigm for teachers and students viewing KBM that cannot be limited by space and WahyuWisnu MaulanaMuhammad Aidil Fitrisyah Novita SariABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran guru matematika dalam menghadapi tantangan abad 21 yang semakin besar. Perkembangan dunia telah memasuki abad 21 yang dimana persaingan dalam dunia semakin ketat dan tidak terlepas dari perkembangan teknologi yang semakin pesat. Dalam menghadapi tantangan abda 21 guru matematika dituntut profesional di bidangnya, dimana pada abad 21 guru matematika dituntut dalam kompetensi karakter, keterampilan dan literasi dalam menciptakan sebuah pembelajaran. Hal tersebut merupakan sebagai tanggung jawab guru matematika dalam mempersiapkan siswa agar mimiliki kemampuan kolaborasi, berpikir kritis, kreatif, dan komunikatif. Selain itu peran guru pada abad 21 saat ni telah bergeser, peran guru menjadi fasilitator, motivator, nilai-nilai karakter, dan inspirator. Selain itu guru matematika diera abad 21 ini dituntut untuk menguasai iptek dan mampu memanfaatkannya dalam proses pembelajaran. Sehingga kemampuan guru terus berkembang sebagai bentuk kesiapan dalam menghadapi perubahan zaman yang silih berganti. Kata kunci Etika profesi, kecakapan abad 21, pembelajaran matematika. ABSTRACTThis study aims to describe the role of mathematics teachers in facing the growing challenges of the 21st century. The development of the world has entered the 21st century where competition in the world is getting tougher and cannot be separated from the increasingly rapid development of technology. In facing the challenges of you, 21 mathematics teachers are demanded to be professionals in their fields, wherein 21 mathematics teachers are required to be competent in character, skill, and century literacy in creating learning. This is the responsibility of the mathematics teacher in preparing students to have the ability to collaborate, think critically, creatively, and communicate. In addition, the role of teachers in the 21st century has now shifted, the role of teachers as facilitators, motivators, character values, and inspirers. In addition, mathematics teachers in this 21st-century era are required to master science and technology and be able to use them in the learning process. So that the ability of teachers continues to develop as a form of readiness to face the changing times Keywords Professional ethics, 21st-century skills, mathematics learning Salim NabhanThis case study seeks to examine pre-service teachers’ digital literacy conceptions in an EFL academic writing context. Despite the recent growth of research regarding general conceptions of digital literacy, little attention has been given to its conception focusing on EFL digital writing environment. To bridge the gap, this research offers a new perspective of the conception of digital literacy from the perspective of pre-service teachers in their academic writing setting. Also, the study aims to identify pre-service teachers’ competences concerning the predominant dimensions of digital literacy encompassing critical thinking, online safety skills, digital culture, collaboration and creativity, finding information, communication, and functional skills. This case study involved both quantitative and qualitative data taken from 107 pre-service teachers’ online questionnaires and one 5-member focus group discussion delivered to pre-service teachers taking Academic Writing subjects in English Language Education Department in an urban university in Indonesia. While thematic analysis was involved for qualitative data, the quantitative ones were analyzed using descriptive analyses. Emergent themes related to the conception of digital literacy in academic writing context included basic conception of digital literacy, competences related to digital literacy, awarness of the importance of digital literacy, and challenges of digital literacy. In general, the result of the study revealed that the pre-service teachers’ conceptions of digital literacy were principally associated with the narrow proficiency of utilizing online tools and technological devices and set aside a critical mindset. Further, in spite of the fact that most participating students were found to have lack of understanding of critical thinking and digital culture towards digital literacy, they appeared to possess the competencies of finding information, communication, and functional skills. Additionally, quantitative result of the pre-service teachers’ competences demonstrated that communication dimension was the highest of all with the mean value of followed by online safety skills finding information critical thinking functional skills as well as collaboration and creativity The lowest mean belonged to digital culture dimension. The findings have important implications for developing digital literacy framework in an EFL academic IdhayaniNasir NasirHasma Nur jayaTujuan penelitian untuk mengetahui pelaksanaan manajemen pembelajaran dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan di Taman kanak-kanak Negeri se Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan. Pembelajaran di masa new normal telah menciptakan kultur belajar yang baru bagi anak di PAUD. Oleh karena itu guru diharapkan lebih kreatif menyelenggarakan pembelajaran yang menyenangkan. Jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan Informan penelitian 6 orang guru, dan 2 kepala sekolah. Adapun durasi pengumpulan data, dilakukan selama 5 bulan Mei–September 2020 dengan teknik wawancara, pengamatan, dan dokumentasi. Hasil penelitian menyimpulkan manajemen pembelajaran untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Perencanaan meliputi menyiapkan skenario pembelajaran, media, dan alat evaluasi, pelaksanaan yaitu implementasi kegiatan yang disesuaikan dengan skenario pembelajaran yang telah dibuat ditahapan sebelumnya, dan evaluasi dilakukan guru secara offline dan Kata Kunci pembelajaran daring, pendampingan orang tua, Sekolah Dasar Dampak pandemi Covid-19 pada sektor pendidikan salah satunya adalah mengubah sistem pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran daring. Penelitian ini diadakan untuk mengetahui bagaimana pola pendampingan orang tua dalam pembelajaran daring pada tingkatan Sekolah Dasar SD. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang diberikan secara online melalui Google Form kepada 100 orang tua siswa SD yang dipilih dengan metode random sampling. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa orang tua berperan dalam mendampingi proses belajar anak di rumah. Sebagian besar orang tua tidak dapat mendampingi anak dalam belajar sepenuhnya karena kedua orang tua harus bekerja, sebagai solusinya yang mendampingi anak belajar adalah anggota keluarga lainnya. Tidak sedikit pula orang tua yang mempercayakan guru les untuk mendampingi anak belajar karena orang tua tidak memahami materi yang diberikan. Besar harapan orang tua agar guru dalam memberi penjelasan materi tidak terlalu cepat sehingga siswa lebih dapat memahami materi dengan baik, komunikasi antar siswa dan guru lebih intens, materi terintegrasi dengan kehidupan siswa, dan siswa memperoleh keterampilan serta pendidikan karakter. Abstract Keyword elementary school, online learning, parental assistanceOn March 16, 2020, many universities in Indonesia began implementing online-based learning to replace lectures in the classroom. This is done as a way to reduce the transmission of the Covid-19 outbreak in Indonesia. There is an opinion that with the implementation of online learning, especially in mathematics education study programs, there are many obstacles when learning takes place. This study aims to determine the obstacles that arise after the implementation of online learning in mathematics learning in Higher Education. This research is a qualitative case study, assisted by an online survey. The researcher collected data through an online survey consisting of 27 questions. The survey is aimed at lecturers who teach in Mathematics Education study programs in Indonesia. The survey contains structured questions and leads to three parts, namely; basic skills challenges, teaching and learning challenges, and university challenges. The 27 questions contained questions about the ability of platform mastery to support online learning owned by each lecturer. The research involved 26 lecturers from universities in Sumatra, Java, Kalimantan, and Sulawesi. The results of this study reveal that all lecturers affected by the pandemic use a Learning Management System LMS based website as a means of online learning. The learning management system-based platform is the most widely used google class and Edmodo while video conferencing is the second choice Zoom and Skype. What is interesting is that the LMS available on campus is less attractive to lecturers. However, there are obstacles faced such as the limitations of writing mathematical symbols and the limited basic capabilities of the learning management system and multimedia software to support online Budi SantosaKeberhasilan pendidikan tidak lepas dari upaya kepala sekolah sebagai pemimpin dalam mengarahkan dan memotivasi guru. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap strategi kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, sumber data meliputi seluruh guru dan wakil kepala sekolah, sedangkan pengumpulan data melalui teknik wawancara dan dokumentasi. Analisisnya menggunakan teknik partisipatif berkelanjutan, melalui tahapan pengumpulan data, reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru adalah dengan mengaktifkan Kelompok Kerja Guru KKG, memotivasi guru, pelatihan, studi banding, rapat evaluasi guru, supervisi kelas, pemberian punishment dan reward, dan melalui gaya kepemimpinan HasanahManusia tidak akan pernah bisa terlepas dengan teknologi. Hampir semua aktivitas yang dilakukan oleh manusia berbasis teknologi. Perkembangan teknologi membawa suatu perubahan bagi kehidupan manusia. Salah satunya yaitu dalam bidang pendidikan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan terkait peran teknologi dalam proses pembelajaran serta cara menumbuhkan jiwa kreativitas siswa melalui pemanfaatan teknologi dalam proses pembelajaran. Jenis penelitian ini yaitu penelitian kualitatif. Metode yang digunakan yaitu metode kepustakaan Library Research. Teknik pengumpulan data yaitu dengan menggunakan sumber referensi dari buku, artikel, serta jurnal yang relevan dengan penelitian tersebut. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan sajian data dan simpulan. Hasil kajian yang diperoleh oleh peneliti yaitu secara garis besar teknologi mempunyai peran yang sangat penting. Terutama dalam proses pembelajaran. Keberhasilan dalam proses pembelajaraan saat ini dilihat dari maksimalnya seorang guru dalam memanfaatkan teknologi yang dijadikan sebagai salah satu strategi yang tepat. Penggunaan media tidak lain dapat menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran. Meskipun pembelajaran dilakukan secara virtual. Namun adanya teknologi tidak mengurangi rasa ketertarikan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini disebabkan teknologi mampu memberikan suatu hal yang baru bagi siswa. Terutama dalam hal memperoleh ilmu pengetahuan. Di sisi lain pemanfaatan teknologi tidak hanya membantu siswa dalam memaksimalkan proses pembelajaran melainkan dapat membantu siswa dalam menumbuhkembangkan jiwa kekreativitasan yang Nugroho WibowoAgus SupandiAndri AndriSigit WidiyartoThe development of information technology and telecommunications greatly affected the world of education. By utilizing technology, education would be more advanced and not be left behind. Not only that, the teaching and learning process would be more effective, efficient, interesting and fun. Unfortunately, not all teachers were able to use technology as a learning medium. SMP N 8 Bekasi is a junior high schools located in Bekasi. Distance from the city of Bekasi to the government center Jakarta was about 20 km. With the distance that was not too far, the utilization of technology in the world of education should be very high. But the reality was different. the use of technology to help the teaching and learning process is still very minimal. Especially computers as learning media. This was because the skills in operating a computer were still very minimal. From the results of the situation analysis, what was needed by the teachers in the three schools is ICT Information Communication Technologies training. The training was specifically for the operation of some software that could help teachers in the learning process. Some of these software include power point, excel, macromedia flash, and movie Nugroho Kharisma NasionalitaDigital literacy as an ability to understand and use information from various digital sources is not only related to reading characters, but also the process of thinking and evaluating information found in digital sources. There are various issues related to this, such as hoaxes, privacy violations, cyberbullying, violent content, and pornography. This study aims to determine the digital literacy index of adolescents in Indonesia. In this study, the population taken is part of the new millennial generation, namely young people of high school age in four cities in Indonesia, namely Bandung, Surabaya, Pontianak, and Denpasar, with a sample size of 500 people each. With a quantitative approach and survey research methods, the results show that the digital literacy level of adolescents in the four cities is at an advanced level. The dimension of the ability to find and select information is the dimension with the highest value in each of these cities. The dimension of creativity, namely the ability of youth to produce and share creative content in digital media, is the dimension with the lowest value, but is still at an advanced level. With these results, it can be seen that teenagers in four cities can use technology and digital media quite well to communicate, be creative, and find and choose the right information.
Kurikulum2013 belum dapat dilaksanakan sepenuhnya oleh guru karena banyak perubahan yang menyebabkan terjadinya permasalahan. Permasalahan tersebut diantaranya, sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran guru dituntut untuk melakukan analisis buku guru maupun buku siswa, pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan scientific, dan bentuk penilaian pembelajarannya otentik.
Kebutuhan mencari informasi dan data di masa kini tidak lagi identik dengan pergi ke perpustakaan dan membuka banyak buku lagi. Terlebih bagi Gen Z dan Gen Alpha yang sejak terlahir sudah dikelilingi oleh perkembangan dunia digital, yang salah satunya adalah sosial media. Bahkan, perpustakaan bisa jadi tempat yang tak familiar bagi mereka karena mereka lebih akrab dengan co-working space dengan kecepatan tinggi akses tentang generasi, mau tak mau kita menjadi lebih terbuka dengan perkembangan dunia. Saya pun baru mengetahui bahwa Gen Z adalah generasi yang lahir pada akhir tahun 1990 an hingga awal 2010an. Secara usia saat ini mereka berusia 11 tahun hingga 23 tahun. Gen Z juga mendapat julukan Global Generation dan Generation Connected. Setelah Gen Z, anak-anak yang terlahir dalam dekade ini telah disebut sebagai Gen Alpha. Generasi inilah yang menjadi generasi pertama yang lahir dan tumbuh dalam kemajuan teknologi digital sepenuhnya. Tak bisa disangkal, dunia menjuluki mereka sebagai Digital tumbuh, dan berkembang di waktu yang berbeda pastilah membawa kebiasaan dan cara hidup yang berbeda. Menoleh dua puluh tahun ke belakang, kita dan orangtua kita masih akrab dengan koran dan majalah cetak. Mereka juga saling bertukar kabar melalui surat dan berkomunikasi melalui telepon. Saat ini semua media massa telah bermigrasi ke versi digital juga. Orang tua kita yang sudah menjadi kakek nenek saat ini juga menjadi akrab dengan e-news dan membaca melalui gadget mereka walaupun dalam keseharian mereka juga gagap paperless juga mengubah dunia. Tak hanya dalam dunia pendidikan, berbagai sektor juga semakin meminimalisir penggunaan kertas. Kertas struk di ATM, nota makan di restoran, slip gaji, tagihan, formulir semua berganti wajah dalam bentuk digital dan online. Pemerhati lingkungan juga gencar mengkampanyekan gerakan Go Paperless. Dengan mengurangi penggunaan kertas kita juga menyelamatkan hutan. Menurut Petungsewu Wildlife Education Center, setiap 15 rim kertas ukuran A4 akan menebang sebuah pohon. Setiap eksemplar koran akan menghabiskan sepuluh bahkan lebih pohon di hutan. Bayangkan, dalam sehari terbit koran berapa pohon yang ditebang untuk memenuhi kebutuhan juga teringat, semasa kuliah para dosen terbang yang sebagian berasal dari Amerika sudah mengajak mahasiswanya menggunakan kertas bekas saja apabila mengumpul tugas, menulis revisi atau membuat laporan diskusi. Selebihnya, mereka lebih suka file yang dikirim melalui email saja. Mereka juga sering menceritakan budaya mereka yang sudah semakin beralih ke digital salah satunya dengan semangat dunia pendidikan saat ini, buku cetak masih banyak diperlukan di berbagai tingkat pendidikan. Terkadang referensi lama belum ada versi digitalnya. Walaupun kita sudah mengenal e-book, buku cetak tetap menjadi pilihan karena lebih terasa fisiknya dan ada perasaan khusus yang sifatnya personal saat memegang buku. Saya merasakan getaran bahagia saat membaca buku, mengelus cover-nya dan membuka lembarnya. Selain itu, buku cetak lebih memberi kenyamanan saat membaca terlebih untuk waktu yang cukup siswa tingkat sekolah menengah yang saya temui memberikan komentar yang senada. Mereka tetap memilih buku cetak dan digital berimbang porsinya. Usia mereka antara 12 hingga 15 tahun. Jika digolongkan menurut generasinya mereka masuk dalam Gen Z yang sebenarnya sudah terbiasa menggunakan teknologi digital. Membaca materi ajar melalui digital sudah pasti menggunakan perangkat tambahan seperti handphone, tablet ataupun laptop dengan memasang aplikasi atau program. Perangkat ini pastinya membutuhkan baterai dan daya listrik yang tidak bisa digunakan apabila listrik padam dan baterai minim. Selain itu mengunduh banyak file juga mempengaruhi kapasitas memori perangkat. Tantangan baru adalah ketahanan mata untuk screen time dalam waktu yang lama. Paparan radiasi dari gadget sudah banyak sekali dibagi informasinya dan sangat mempengaruhi kesehatan indera buku digital adalah awet, ringkas, praktis dan mudah dibawa kemana-mana. Bayangkan, jika seorang siswa akan membawa 3 buah buku setebal 500 halaman pasti sangat berat. Tetapi dengan adanya teknologi, buku tersebut menjadi lebih ringan dalam genggaman. Saat kita membutuhkan informasi tambahan, buku digital juga siap menjadi sumber data. Ketika kita entri kata kunci yang kita butuhkan, tautan akan muncul dan bisa segera kita bagi kepada orang lain. Betapa mudah dan banyak pekerjaan terselesaikan dengan adanya teknologi. Saat ini banyak e-book bisa didownload secara gratis atau Hal yang Bikin PJJ Stress Anak dan Cara MengatasinyaKegiatan belajar yang terus dilaksanakan daring membuat anak bosan, sepi hingga stress. Sebagai orangtua, Anda berperan untuk menemani anak dan membantu mereka agar tidak stress ketika MeilinaBuku digital juga membantu guru maupun dosen dalam proses pembelajaran. Adanya infografis, konten multimedia dan materi yang dibuat semenarik mungkin membuat siswa lebih betah mengakses ilmu baru. Mereka juga merasakan belajar dengan cara yang menyenangkan karena menggunakan teknologi antara berbagai kelebihan buku digital, bagaimanapun buku digital juga mempunyai kekurangan. Selain memengaruhi kesehatan mata apabila membaca terlalu lama, tantangan maraknya pembajakan menjadi sebuah risiko bagi penulis dan penerbit. File-file e-book acap kali dipublikasikan secara ilegal dan maraknya copy paste dalam sebuah Kanal Youtube yang Aman dan Edukatif Bagi AnakAda banyak konten edukatif di Youtube yang bisa ditonton anak untuk belajar dan mengisi waktu luang KurniasihKesimpulan yang bisa didapatkan, bagi siswa Sekolah Dasar, Sekolah Menengah dan Sekolah Lanjutan buku cetak tetap dibutuhkan tetapi buku digital bisa menjadi referensi tambahan saja. Kesehatan mata dan penggunaan gadget sesuai porsi usia juga merupakan pertimbangan utama yang harus diperhatikan. Alih-alih menjadi generasi yang tumbuh bersama teknologi tetapi interaksi antar individu menjadi sangat minim. Tak jarang komunikasi tatap muka ketika bertemu di antara mereka menjadi abai karena masing-masing dengan keseruan smartphone di genggaman. Berlangganan newsletter kami Dapatkan postingan terbaru yang dikirim langsung ke kotak masuk kamu. Now check your inbox and click the link to confirm your subscription. Please enter a valid email address Oops! There was an error sending the email, please try later. Direkomendasikan untuk kamu
Berikutini adalah peran dari guru bimbel online dalam kegiatan pembelajaran anak. 1. Memberikan Penjelasan. Mungkin para anak murid dapat mempelajari berbagai materi dari mata pelajaran Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, atau Bahasa Inggris dan lainnya melalui e-book ataupun video, tetapi apabila ditambahkan dengan penjelasan secara langsung
Di era digital seperti sekarang ini, teknologi semakin berkembang pesat. Hal ini membuat berbagai bidang, termasuk pendidikan, harus ikut beradaptasi dengan perubahan tersebut. Salah satu bentuk adaptasi di bidang pendidikan adalah dengan memanfaatkan buku pelajaran digital. Apa itu Buku Pelajaran Digital? Buku pelajaran digital adalah buku yang disajikan dalam bentuk digital atau elektronik. Buku ini bisa dibaca melalui perangkat elektronik seperti komputer, laptop, tablet, atau smartphone. Isi dari buku pelajaran digital sama dengan buku pelajaran biasa, namun ditampilkan dalam bentuk digital dengan tambahan fitur-fitur interaktif seperti video, audio, gambar, dan animasi. Kelebihan Buku Pelajaran Digital Buku pelajaran digital memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan buku pelajaran biasa. Pertama, buku pelajaran digital lebih ringkas dan mudah dibawa-bawa karena bisa disimpan dalam perangkat elektronik. Kedua, buku pelajaran digital lebih interaktif dan menarik karena dilengkapi dengan fitur-fitur multimedia. Ketiga, buku pelajaran digital lebih ramah lingkungan karena tidak membutuhkan kertas dan tinta untuk dicetak. Masih Banyak Guru yang Belum Mengetahui Adanya Buku Pelajaran Digital Meskipun buku pelajaran digital memiliki banyak kelebihan, namun masih banyak guru yang belum mengetahui adanya buku pelajaran digital. Beberapa alasan mengapa hal ini terjadi antara lain karena kurangnya sosialisasi dan pelatihan mengenai penggunaan buku pelajaran digital, ketidakfahaman terhadap teknologi, dan keterbatasan akses internet di beberapa daerah. Manfaat menggunakan Buku Pelajaran Digital Manfaat menggunakan buku pelajaran digital sangatlah banyak. Pertama, buku pelajaran digital dapat mempermudah proses belajar mengajar karena guru dapat menampilkan materi pelajaran secara interaktif dan menarik. Kedua, buku pelajaran digital dapat memperkaya pengalaman belajar siswa karena dilengkapi dengan fitur-fitur multimedia yang lebih menarik. Ketiga, buku pelajaran digital dapat membantu meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran karena guru dapat memantau perkembangan belajar siswa secara online. Buku Pelajaran Digital sebagai Solusi Pendidikan di Masa Pandemi Di masa pandemi seperti sekarang ini, pembelajaran jarak jauh menjadi salah satu solusi untuk menghindari penyebaran virus. Hal ini membuat buku pelajaran digital semakin dibutuhkan sebagai media pembelajaran. Dengan menggunakan buku pelajaran digital, siswa dapat belajar dari rumah dengan mudah dan nyaman. Selain itu, buku pelajaran digital juga memudahkan guru dalam memberikan tugas dan memantau perkembangan belajar siswa secara online. Kesimpulan Buku pelajaran digital merupakan bentuk adaptasi di bidang pendidikan yang semakin dibutuhkan di era digital seperti sekarang ini. Meskipun memiliki banyak kelebihan, masih banyak guru yang belum mengetahui adanya buku pelajaran digital. Oleh karena itu, sosialisasi dan pelatihan mengenai penggunaan buku pelajaran digital perlu dilakukan agar guru dapat memanfaatkan teknologi ini dalam proses belajar mengajar. Di masa pandemi seperti sekarang ini, buku pelajaran digital menjadi solusi pendidikan yang efektif dan efisien dalam menghadapi pembelajaran jarak jauh. 2014-01-09
Selamaini, proses pembelajaran yang kita kenal yaitu adanya pembelajaran yang disampaikan hanya dengan tatap muka langsung, namun dengan adanya kemajuan teknologi, proses pembelajaran tidak harus mempertemukan siswa dengan guru, tetapi bisa juga menggunakan jasa pos Internet dan lain-lain. d. Adanya sistem pengolahan data hasil penilaian
0% found this document useful 0 votes2K views1 pageCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes2K views1 pageMasih Banyak Guru Yang Belum Mengetahui Adanya Buku Pelajaran DigitalJump to Page You are on page 1of 1Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel the full document with a free trial!
. 313 271 65 254 171 50 281 421
masih banyak guru yang belum mengetahui adanya buku pelajaran digital